Rabu, 06 April 2022

Tata Cara Aqiqah Anak Perempuan Menurut Islam Beserta Doanya

Tata Cara Aqiqah Anak Perempuan Menurut Islam Beserta Doanya

aqiqah anak perempuan tentunya perlu dikenali setiap orang tua. Momen lahirnya sang buah hati merupakan sebuah anugerah dan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Melaksanakan aqiqah merupakan salah satu wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang telah diberikan-Nya

Secara bahasa, aqiqah berarti memotong (bahasa arab: al qat’u). Sedangkan menurut istilah, aqiqah merupakan proses pemotongan hewan sembelihan pada hari ke tujuh setelah bayi dilahirkan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Hewan yang digunakan untuk aqiqah biasanya hewan ternak seperti kambing.

Tata cara aqiqah anak perempuan sebenarnya tidak jauh berbeda. Pembedanya hanyalah jumlah kambing yang dikurbankan untuk aqiqah, yaitu bagi anak laki-laki 2 ekor kambing, dan anak perempuan 1 ekor kambing.

Sebelum mengenal Tata Cara Aqiqah anak perempuan yang benar, kamu perlu mengetahui hukumnya terlebih dahulu. Hukum aqiqah anak perempuan dan laki-laki merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah.

Yang artinya: "Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ke tujuh, dicukur (rambutnya), dan diberi nama." (HR. Tirmidzi , Abu Dawud, Ibnu Majah . Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab al-Irwa' no. 1165).

Tentang makna tergadaikan dalam hadis tersebut, pendapat para ulama adalah anak yang tidak diaqiqahkan lalu meninggal dunia, maka anak itu tidak akan memberi syafaat bagi kedua orang tuanya. Hukum aqiqah anak adalah sunah muakkad menurut jumhur ulama.

Waktu Terbaik Aqiqah

Dalam tata cara aqiqah sesuai sunah Rasulullah, waktu terbaik untuk melaksanakan aqiqah adalah di hari ke-7 setelah kelahiran bayi. Seperti yang sudah diterangkan dengan jelas pada hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah sebelumnya.

Jika bayi lahir siang hari, maka sudah termasuk hari pertama dari tujuh hari. Sedangkan jika bayi dilahirkan pada waktu malam, tidak termasuk dalam hitungan. Hari pertama adalah hari berikutnya.

Namun ada juga sebagian yang menggunakan tata cara waktu aqiqah pada hari ke-14 atau ke-21 hari setelah kelahiran bayi. Menurut Mazhab Syafi’i, aqiqah tetap dapat dilaksanakan setelah melewati hari ke tujuh kelahiran bayi.

Jika anak meninggal dunia sebelum aqiqah, Mazhab Syafi’i tetap menganjurkan aqiqah walaupun anak tersebut telah meninggal dunia sebelum hari ke tujuh
Advertisement
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tata cara aqiqah anak perempuan sesuai sunah tidak jauh berbeda dengan laki-laki. Perbedaannya hanya pada jumlah kambing yang disembelih, yaitu 1 ekor untuk anak perempuan, dan 2 ekor untuk anak laki-laki.

Berikut tata cara aqiqah anak perempuan sesuai sunah:

Menyembelih Kambing

Tata cara aqiqah anak perempuan yang pertama adalah menyembelih kambing. Sedangkan soal jumlah kambing yang disembelih untuk aqiqah anak perempuan dan laki-laki ini telah disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud.

Yang artinya: Dari Ummu Kurz ia berkata, "Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda 'Untuk seorang anak laki-laki adalah dua ekor kambing dan untuk akan perempuan adalah seekor kambing. Tidak mengapa bagi kalian apakah ia kambing jantan atau betina'." (HR. Abu Dawud 

Syarat kambing yang disembelih untuk aqiqah anak perempuan dan laki-laki ini sama dengan hewan kurban. Kambing yang berkualitas, baik dari segi jenis hingga usia, bebas dari cacat dan penyakit harus terpenuhi.

Sebelum menyembelih kambing untuk aqiqah, disunnahkan untuk membaca doa sebagai berikut:

Bismillahi wa billahi, allahumma 'aqiqatun 'an fulan bin fulan, lahmuha bilahmihi si azhmihi, allahummaj'alha wiqaan liali muhammadin 'alaihi wa alihis salam.

Yang artinya: "Dengan nama Allah serta dengan Allah, Aqiqah ini dari fulan bin fulan, dagingnya dengan dagingnya, tulangnya dengan tulangnya. Ya Allah, jadikan aqiqah ini sebagai tanda kesetiaan kepada keluarga Muhammad SAW."

Memasak Daging Aqiqah

Tata cara aqiqah anak perempuan berikutnya adalah memasak daging dari hewan yang disembelih untuk aqiqah. Jumhur ulama lebih mengajurkan untuk memasak daging aqiqah terlebih dahulu sebelum membagikannya kepada orang-orang. Hal itu diungkapkan dalam kitab Atahzib yang ditulis Imam Al-Baghawi.

Yang artinya: "Dianjurkan untuk tidak membagikan daging hewan aqiqah dalam keadaan mentah, akan tetapi dimasak terlebih dahulu kemudian diantarkan kepada orang fakir dengan nampan." (Imam Al-Baghawi dalam kitab Atahzib)

Tata cara aqiqah anak perempuan selanjutnya adalah memakan sebagian daging aqiqah. Menurut hadis yang diriwayatkan al-Bayhaqi, daging aqiqah sebaiknya dimasak terlebih dahulu baru dibagikan. Berikut arti dari hadis tersebut:

Artinya: Aisyah r.a berkata, "Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh." (HR al-Bayhaqi)

Dari hadis yang diriwayatkan al-Bayhaqi, sudah jelas disebutkan bahwa daging aqiqah sebagian dimakan. Sedangkan sebagiannya lagi dibagikan kepada orang-orang.

Tata cara aqiqah anak perempuan dalam membagikan daging ini hampir sama dengan daging kurban. Sebagian daging aqiqah diberikan kepada keluarga yang melaksanakan aqiqah. Sementara sisanya dapat dibagikan kepada tetangga ataupun fakir miskin.

Mencukur Rambut dan Memberikan Nama

Mencukur rambut bayi dan memberikan nama merupakan tata cara aqiqah anak perempuan berikutnya. Dalam tata cara aqiqah anak perempuan sesuai sunah, orang tua memberikan nama yang baik kepada anak yang baru lahir.

Memberikan nama yang baik mencerminkan bagaimana akhlak dan imannya nanti kepada Allah SWT. Hukum mencukur rambut bayi saat melakukan aqiqah menurut pendapat yang kuat di kalangan ulama adalah sunah.

Mendoakan Bayi

Tata cara aqiqah anak perempuan selanjutnya adalah mendoakanya. Berikut adalah bacaan doa yang sebaiknya diucapkan untuk bayi yang baru lahir:

"U’iidzuka bi kalimaatillaahit tammaati min kulli syaithooni wa haammah. wa min kulli 'ainin laammah."

Yang artinya: "Saya perlindungkan engkau, wahai bayi, dengan kalimat Allah yang Perkasa, dari tiap-tiap godaan syaitan, serta tiap-tiap pandangan yang penuh kebencian."

Demikianlah tata cara aqiqah anak perempuan menurut islam sesuai sunah yang bisa kamu ikuti dan terapkan.

- Mewujudkan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia lahirnya seorang anak sebagai penerus dalam keluarganya Meneladani dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW

- Sebagai momen untuk berbagi kepada sesama dan mempererat tali persaudaraan

- Sebagai bentuk rasa gembira dan membagikan kebahagiaan tersebut kepada orang lain

Makna yang akan diambil adalah menjaga anak kita dari segala gangguan setan. Hal inipun sudah dituliskan pada Hadits: “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqah-Nya”, dengan melaksanakan aqiqah berarti kamu melepas segala gangguan setan yang terus mengikutinya sedari lahir “Bahwa lepasnya dia dari setan tergadai oleh aqiqahnya”

Biaya Aqiqah dari Siapa?

Biaya Aqiqah dari Siapa? - Ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa aqiqah itu dituntut dari orang tua yang menanggung nafkah anak. Orang tua mengeluarkan biaya aqiqah dari hartanya dan bukan harta anak. Orang yang tidak menanggung nafkah anak tidak membiayai aqiqah ini kecuali dengan izin yang menanggung nafkah yaitu orang tua. 

Ash Shon’ani –rahimahullah– mengatakan, “Menurut Imam Asy Syafi’i, aqiqah itu dituntut dari setiap orang yang menanggung nafkah si bayi. Sedangkan menurut ulama Hambali, aqiqah itu dituntut khusus dari ayah, kecuali jika ayahnya tersebut mati atau terhalang tidak bisa memenuhi akikah. Sedangkan dalam lafazh hadits disebutkan penyembelihan aqiqah dengan kalimat pasif (yaitu disembelih atau tudz-bahu). Lafazh ini menunjukkan bahwa sah-sah saja jika yang melakukan aqiqah adalah orang lain selain yang memberi nafkah

Biaya Aqiqah

Aqiqah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Hasan dan Husain

Dari Ummu Kurz Al Ka’biyyah, ia berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu wa ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Untuk anak laki-laki dua kambing yang sama dan untuk anak perempuan satu kambing.” Abu Daud berkata, saya mendengar Ahmad berkata, “Mukafiatani yaitu yang sama atau saling berdekatan.” (HR. Abu Daud no. 2834 dan Ibnu Majah no. 3162. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengakikahi Al Hasan dan Al Husain, masing-masing satu ekor gibas (domba).” (HR. Abu Daud no. 2841. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Akan tetapi riwayat yang menyatakan dengan dua kambing, itu yang lebih shahih).

 

Dijawab oleh salah seorang ulama Syafi’iyah, Asy Syarbini –rahimahullah-, “Aku jawab bahwa yang dimaksud dengan aqiqah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada keduanya adalah perintah beliau kepada kedua orang tuanya, atau boleh jadi pula beliau yang memberikan hewan yang akan dijadikan aqiqah, atau barangkali lagi Al Hasan dan Al Husain menjadi tanggungan nafkah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena kedua orang tua mereka adalah orang yang kurang mampu. Namun jika aqiqah itu diambil dari harta anak, maka itu tidak dibolehkan bagi wali (orang tua) untuk melakukannya. Karena aqiqah itu termasuk pemberian cuma-cuma (tabarru’) dari orang tua sehingga tidak boleh hewan aqiqah diambil dari harta anak. ” 

Ash Shon’ani menyebutkan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakikahi Hasan dan Husain karena beliau adalah bapak dari mereka berdua. Dalam riwayat disebutkan, “Setiap bani ummi teranggap sebagai ashobah. Kecuali anak Fathimah, aku adalah wali mereka dan ashobah mereka.” Dalam lafazh lain disebutkan, “Aku adalah bapak mereka.” Hadits ini dikeluarkan oleh Al Khotib dari hadits Fathimah Az Zahro’ dan dari hadits ‘Umar radhiyallahu ‘anhu.”

 

Baca Juga : Ketentuan Hewan Aqiqah untuk Anak Laki-laki

Menunaikan Aqiqah Walau Mesti Berutang

Para ulama memang menyaratkan aqiqah ini bagi orang tua yang mampu menunaikannya. Namun ketika ayah susah untuk menunaikan aqiqah, maka dianjurkan untuk berutang agar aqiqah tersebut tetap dijalankan. Imam Ahmad pernah berkata,

“Jika seseorang tidak mampu aqiqah, maka hendaknya ia mencari utangan dan berharap Allah akan menolong melunasinya. Karena seperti ini akan menghidupkan ajaran Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.” (Matholib Ulin Nuha, 2: 489, dinukil dari Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 30: 278).

Meningkatkan Kebahagiaan Melalui Quality Time dengan Keluarga

Di tengah kesibukan sehari-hari, banyak orang tua yang terkadang merasa sulit untuk meluangkan waktu berkualitas dengan keluarga. Tuntutan p...